banner 728x250

Bagunan, Dapur Berkualitas dan Produk Makanan Higenis, SPPG Gagak Sipat Contoh MBG di Indonesia

Muhammad Qodari dan Puspo Wardoyo, ketika meninjau SPPG Gagaksipat dan memberi keterangan kepada wartawan.

BOYOLALI, KONTRASNEW.com – SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi) Gagaksipat, ecamatan Ngemplak, Boyolali, milik Wong Solo Group yang dikelola Yayasan Bangun Gizi Nusantara yang bermitra dengan Badan Gizi Nasional (BGN). Terdapat empat dapur, yaitu 1 A, 1 B, 2 A, dan 2 B untuk memproduksi makanan program makan bergizi gratis (MBG) bisa menjadi percontohan. Hal itu diungkapkan Muhammad Qodari, Wakil Kepala Staf Kepresidenan, Muhammad Qodari, saat meninjau SPPG) setempat, pada Senin (3/2/2025). Pada kesempatan tersebut, Ia menyebut SPPG Gagaksipat layak untuk menjadi percontohan bagi tempat lain.

Apalagi memiliki kapasitas 12.000 porsi per hari. “Saya pribadi melihat tempat ini ideal untuk menjadi percontohan bagi SPPG di Indonesia,” katanya kepada sejumlah wartawan, untuk itui beberapa daerah bisa melakukan penyesuaian. Bahkan, bangunan SPPG Gagaksipat dibangun dari nol sejak lahan kosong, dalam waktu singkat, dan ideal. Bahkan, pintu untuk bahan makanan juga dibagi sehingga tidak bercampur. Peralatan masak yang ada, kata Qodari, juga didesain dengan baik. Menurutnya, hal tersebut tak terlepas dari pengalaman pemilik Wong Solo Group, Puspo Wardoyo, dalam bisnis kuliner. “Sehingga tidak mengherankan kalau produk makanan makan bergizi gratis dari tempat ini [SPPG Gagaksipat] adalah produk yang berkualitas, bahannya bagus, gizinya cukup, bersih juga. Lantainya juga tidak ada nat [celah], jadi mulus. Tidak ada lekukan, supaya tidak menyimpan bakteri. Sehingga makanan harus standar dan enak,” paparnya

SPPG Gagaksipat menjadi yang paling bagus. Sehingga, Qodari berharap apa yang dilakukan di SPPG Gagaksipat bisa diterapkan di tempat lain. Walaupun tidak sama persis karena perbedaan situasi dan kondisi, ia berharap paling tidak bisa mendekati SPPG Gagaksipat. Mudah-mudahan Puspo Wardoyo nanti bisa bantu, agar daerah yang kondisinya tidak seideal tempat ini bisa tetap punya dapur, punyaSPPG yang bisa menghasilkan makanan yang berkualitas, bersih, standar, dan enak, soal apakah nanti SPPG Gagaksipat bakal menjadi standar pembuatan SPPG di Indonesia, Qodari mengatakan hal tersebut menjadi otoritas BGN. Ia percaya BGN bakal terus melakukan kajian dan perbandingan dengan tujuan mendapatkan perbaikan” ungkapnya

Akan tetapi, ia mengatakan BGN telah melakukan kunjungan terlebih dahulu ke SPPG Gagaksipat. Sehingga, Qodari yakin apa yang dilihat di SPPG Gagaksipat bisa menjadi perbaikan bagi sistem operasional di BGN. Diharapkan  berharap ada mekanisme dan sistem yang akan membuat (SPPG) bukan hanya berkualitas tapi juga berjalan dengan cepat. Selanjutnya, ia mengatakan tantangan terbesar yaitu bagaimana MBG dilakukan secepat mungkin ke seluruh target di Indonesia. “Tadinya kan MBG sekitar 83 juta penerima kan baru 2029. Tapi Pak Prabowo karena bisa melakukan penghematan di APBN, dalam tanda kutip menemukan anggaran yang bisa dipakai untuk MBG dalam waktu satu tahun bisa diselesaikan. Tantangannya yaitu bisa memenuhi target 83 juta penerima,” tandasnya

Qodari berhitung ketika ada 83 juta penerima, maka dibutuhkan sekitar 28.000 SPPG dengan masing-masing dapur berkapasitas 3.000 porsi. Ia mengatakan dapur umum atau SPPG terbagi menjadi tiga macam, pertama dibangun BGN sendiri, kedua kerja sama dengan kementerian/lembaga lain, dan ketiga mitra. “Kami baru memulai proses ini baru di awal tahun ini untuk MBG. Nah, ini pasti terus berjalan bertahap. Dan tahapan itu yang harus dikejar. Pak Prabowo sendiri sudah menyampaikan kami akan terus meningkat hingga ujungnya di akhir tahun seluruh Indonesia sudah bisa menerima,” katanya sembari menambahkan, berdasarkan data BGN, hingga akhir Januari 2025 ada sekitar 240 SPPG yang beroperasi. Menurutnya, hal tersebut menjadi tantangan karena menaikkan dari 240 SPPG hingga nantinya puluhan ribu.

Soal reimburse mitra yang sempat menalangi, Qodari lagi-lagi mengacu laporan BGN, setahunya gelombang pertama SPPG telah menerima. Sementara itu, Puspo Wardoyo menyampaikan, masalah bisnis makanan sangat kompleks. Jadi tidak sekadar memiliki uang, tempat, atau yang lain. Namun, lanjutnya, pengusaha harus membangun sistem yang baik dan pengalaman. “Kalau saya kan sudah berpengalaman, saya memiliki catering ada beberapa. Sehingga, kami tahu persis apa yang harus dilakukan. Saya sebagai orang swasta, saya ingin berprestasi bagi pemerintah untuk membantu supaya lancar [MBG]. Semoga diterima, kalau mau jadi contoh ya silakan,” jelas Puspo Wardoyo

Puspo Wardoyo siap untuk membagi ilmu soal SPPG-nya, ada beberapa orang yang datang berkunjung ke SPPG Gagaksipat untuk mencari ilmu. Ia mengatakan pemerintah telah memiliki niat baik, sehingga tinggal masyarakat menyongsong. Puspo pun berkelakar dalam satu tahun bisa membangun 5.000 SPPG asal diberikan uang atau modal. Tentang reimburse, karena harus menalangi dana terlebih dahulu, Puspo Wardoyo mengatakan, biaya sudah ia terima dan pembayaran berlangsung lancar. Pemerintah melalui menterinya dan dinas terkait sudah melihat SPPG Gagaksipat dengan menyaksikan profesional yang dilakukannya.

 

(Hong)