GARUT,KONTRASNEW.com – Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Garut menyelenggarakan Lokakarya Pra Rembuk Stunting bersama Tanoto Foundation dan Yayasan Cipta, berlangsung di Aula BAPPEDA, Jalan Patriot, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Senin (26/6/2023).
Kepala Bappeda Kabupaten Garut, Didit Fajar Putradi, mengatakan, pra rembuk stunting yang dilaksanakan kali ini merupakan pra rembuk stunting kedua setelah sebelumnya dipimpin langsung oleh Bupati Garut, Rudy Gunawan.
Pra rembuk stunting kali ini merupakan usulan dari Tanoto Foundation dan Yayasan Cipta yang ingin membantu pemerintah daerah dalam percepatan penurunan stunting di Kabupaten Garut, sesuai dengan instruksi Presiden RI, yang mana angka stunting ditargetkan bisa berada di angka 14%.
“Hari ini Garut pasca SSGI 21,8 data di SSGI tahun 2022, artinya kalau kita ngejar 14% tahun 2024 maka harus berapa persen kita tahun ini diturunkan,” ucap Didit.
Didit menerangkan, bahwa dengan adanya instruksi tersebut, maka diperlukan langkah serius dalam rangka percepatan penurunan angka stunting. Ia memaparkan, Pemerintah Kabupaten Garut sebelumnya telah mengalokasikan 8 miliar untuk pembelian susu, telur, dan makanan bergizi lainnya untuk dibagikan kepada dua sasaran utama, di antaranya sasaran kepada yang belum lahir dan yang sudah lahir.
Untuk yang belum lahir sendiri, imbuh Didit, sasarannya yaitu kepada remaja putri, calon pengantin, dan wanita yang akan hamil sebagai upaya pencegahan stunting, serta yang sudah lahir adalah kepada balita hingga 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
“Ini yang harus segera diintervensi dengan aksi nyata gitu ya, bukan dengan rapat-rapat terus, rakor-rakor terus memang begitu,” ucapnya.
Kepala Bappeda Kabupaten Garut juga menerangkan, pra rembuk stunting ini adalah permintaan dari Tanoto Fondation dan Yayasan Cipta untuk memberikan pendampingan berdasarkan hasil kajian dan hasil pengamatannya di lapangan.
“Kami sih alhamdulilah bisa bersinergi ya nanti kira-kira memberikan masukan seperti apa supaya Pemda Garut ini juga sudah bisa yang sudah lari ini dengan TPPS-nya untuk segera mengatasi stunting di Kabupaten Garut,” ujarnya.
Didit menambahkan, tahun ini adalah tahun terakhir sebelum ke 2024 menuju targetnya presiden sebesar 14%, sehingga banyak sekali yang harus dilakukan melalui nyata.
Pihaknya sudah mengevaluasi 34 program kegiatan penanganan stunting yang tersebar di beberapa perangkat daerah, di mana program tersebut memakan anggaran yang cukup besar. Maka dari itu, imbuh Didit, pihaknya akan melihat bagaimana dampak program tersebut terhadap angka stunting di Kabupaten Garut.
“Harapan kita sudah semakin ditekan dan tidak terlalu berat mencapai yang 14% di tahun 2024 itu sekalipun ini adalah angka yang menurut saya dikejarnya juga harus dengan kerja keras dan bersungguh-sungguh,” ucapnya.
Semua jajaran di Pemerintah Kabupaten Garut, imbuhnya, harus menunjukkan aktivitas kegiatan yang nyata.
Sementara itu, Program Officer, Tanoto Foundation, Sutamara Noor, mengatakan, dalam kesempatan ini pihaknya membahas mengenai kegiatan-kegiatan yang telah diidentifikasi sebelumnya sebagai rangkaian dari 8 aksi konvergensi.
“Jadi sebelum kita masuk ke rembuk stunting, di mana itu merupakan aksi 3, ada pra rembuk stunting sehingga hasil hari ini merupakan dokumen kesepakatan yang akan kita bawa nanti untuk rembuk stunting,” ucapnya.
Sutamara mengatakan, hasil dari kegiatan ini adalah dokumen kesepakatan antara Tanoto Foundation dan Yayasan Cipta mengenai rembuk stunting agar angka stunting di Garut juga turun.
“Karena untuk menyatukan agenda-agenda di masing-masing OPD itu kan agak sedikit _challenging_ juga ya, jadi harapannya semoga semuanya lancar kita mendapatkan kesepakatan yang sama,” tandasnya.
(Juhana)