banner 728x250

Buntut Insiden Berebut Nabuh Gamelan Sekaten, Berujung 2 Abdidalem Magang Lapor Polisi

KRA Rizki Baruna Adiningrat didampingi GKR Putri Purnaningrum, ketika memberikan keterangan kepada wartawan.

SOLO, KONTRASNEW.com – insiden Keributan hingga terjadi baku hantam antara dua kubu LDA (lembaga dewan adat) dengan kubu Paku Buwono (PB) XIII, dalam peringatan pembukaan  menabuh gamelan Kyai Guntur Madu dan Nyai Guntur Sari berujung dilaporkan ke polisi. Dimana 2 abdidalem magang, Rico dan Yanto melapor ke Polresta Surakarta. Ungkapan ini diutarakan Pengageng Sasana Wilapa Keraton Surakarta , K.P. Dany Nur Adiningrat kapada sejumlah wartawan, pada jumat (13/9/2024).

“Laporan kami dilengkapi dengan bukti-bukti berupa visum, video dan foto kejadian. Kami  menyayangkan tindakan kekerasan yang terjadi di area tempat ibadah dan pada sebuah acara budaya sakral seperti peringatan Maulid Nabi ini, sebagai pelajaran agar tidak menimbulkan dampak negatif yang lebih luas.. Untuk itu kami  mendesak pihak kepolisian segera mengusut tuntas kasus ini” ujar Danny didampingi K.R.A. Rizki Baruna Adiningrat (menantu PB XIII), GKR Putri Purnaningrum (putri PB XIII) dan KGPH Dipokusumo (pegangeng parentah kraton)

Kronologis kejadian itu berawal ketika KRA Rizki yang mendapat perintah dari Sinuwun PB XIII untuk memulai menabuh gamelan sekatan, melalui Gusti Dipokusumo yang menerima mandat dari PB XIII, namun setelah KRA Rizki turun dari Masjid Agung dan menghampiri para pengrawit (penabuh gamelan), teryata gamelan sudah ditabuh. “Siapa yang memerintahkan menabuh gamelan” tanya KRA Rizki kepada salah satu abdidalem yang juga mengenakan busana Jawa jangkep, seperti yang Ia kenakan

Namun pertanyaan itu justru tidak dijawab melainkan, dirirnya didorong keluar dari area para pengrawit. Nah, berawal dari sinilah insiden itu terjadi baku pukul antara abdi dalem dua kubu LDA dengan kubu PB XIII.  “Ini jelas merupakan bentuk sabotase terhadap prosesi budaya,” sela Danny yang juga menambahkan, pihak nya juga akan memberikan pendampingan hukum dan moral kepada para korban.

Terpisah,  direktur eksekutif LBH Keraton Surakarta (kubu LDA), KP. Eddy Wirabhumi mengatakan, tidak mengetahui adanya  laporan ke Mapolresta Surakarta terkait dengan dugaan penganiayaan saat acara pada Senin lalu itu. “Saya tidak tahu. Kalau benar (adanya laporan) di lapangan saat kejadian juga banyak pasukan Polisi dan TNI yang mereka juga tahu siapa yang memicu kegaduhan dan keonaran,” kata dia saat dihubungi

Bahkan siapa yang bertindak sebagai pelapor dan yang dilaporkan, ia mengaku tidak tahu. Pihaknya akan mengikuti prosedur yang ada sekiranya nanti berbuntut proses hukum. “Ada sebab, ada akibat, kan biasanya begitu,” katanya sembari menambahkan,  awal mulanya kegaduhan tersebut terkait dengan penabuhan gamelan Kiai Guntur Madu dan Kiai Guntur Sari, gamelan itu ditabuh setelah seluruh rangkaian acara di Masjid Agung selesai.

Setelah  itu, Kanjeng Sinawung salah satu abdidalem memberi perintah agar para pengrawit memulai menabuh gamelan ditabuh. Namun, sekitar dua menit setelah ditabuhnya gamelan itu, , salah satu menantu PB XIII, K.R.A. Rizki Baruna Adiningrat mendatangi lokasi acara sembari berteriak memprotes penabuhan gamelan itu. “Dari sini kegaduhan terjadi” tandasnya singkat.

 

(Hong)